SEKILAS MENGENAI KABUPATENBADUNG
Oleh
: Kader Pelestari Budaya Provinsi Bali Angkatan XI Kabupaten Badung
A. Sejarah Umum Kabupaten
Badung
Kabupaten Badungdulunya bernama Nambangan sebelum diganti oleh I
Gusti Ngurah Made Pemecutan pada akhir abad
ke-18. Dengan memiliki keris dan cemeti pusaka Beliau dapat menundukkan
Mengwi dan Jembrana hingga tahun 1810, dimana Beliau akhirnya diganti oleh 2
orang raja berikutnya. Kematian Beliau seolah olah sudah diatur oleh
penerusnya, barangkali saudaranya, Raja Kesiman yang memerintah dengan mencapai
puncaknya tahun 1829-1863. Ia dapat dipengaruhi oleh kekuatan dari luar Bali
dan menggantungkan harapan kepada Pemerintah Belanda pada saat itu.
Belanda diijinkan
Beliau untuk mendirikan stasiunnya di Kuta di tahun 1826, sebagai balasan atas
kerjasama itu Beliau mendapatkan hadiah yang sangat indah. Seorang pedagang
berkebangsaan Denmark, bernama Mads Johansen Lange yang datang ke Bali pada usia 18 tahun dan memegang peranan
sebagai mediator antara Pemerintah Belanda dan Bali dimana raja mendapat bagian
yang cukup menarik. Mulai saat itu, Mads Lange yang lahir tahun 1806, dapat meningkatkan hubungan baik dengan raja-raja di Bali. Pada
tahun 1856 Mads Lange sakit dan mohon pensiun serta memutuskan untuk kembali ke
Denmark, namun sayang dia meninggal pada saat kapal yang akan ditumpangi akan
berangkat dan akhirnya dia dikubur di Kuta. Di samping itu Kuta juga dikenal
sebagai tempat di mana Kapten Cornelis de Houtman dengan beberapa pengikutnya dihukum gantung tahun 1557, ketika
20.000 pasukan Bali kembali dari perjalanan mempertahankan Blambangan dari Kesultanan Mataram.
Di tahun 1904 sebuah kapal China berbendera Belanda bernama "Sri
Komala" kandas di pantai Sanur. Pihak pemerintah Belanda menuduh
masyarakat setempat melucuti, merusak dan merampas isi kapal dan menuntut
kepada raja atas segala kerusakan itu sebesar 3.000 dolar perak dan menghukum
orang-orang yang merusak kapal. Penolakan raja atas tuduhan dan pembayaran
kompensasi itu, menyebabkan pemerintah Belanda mempersiapkan expedisi
militernya yang ke-6 ke Bali pada tanggal 20
September 1906. Tiga batalyon infantri dan
2 batalyon pasukan arteleri segera mendarat dan menyerang Kerajaan Badung.
Setelah menyerang
Badung, Belanda menyerbu kota Denpasar, hingga mencapai pintu gerbang kota,
mereka belum mendapatkan perlawanan yang berarti namun tiba-tiba mereka
disambut oleh segerombolan orang-orang berpakaian serba putih, siap melakukan
"perang puputan" (mati berperang sampai titik darah terakhir).
Dipimpin oleh raja para pendeta, pengawal, sanak saudara, laki perempuan
menghiasi diri dengan batu permata dan berpakaian perang keluar menuju
tengah-tengah medan pertempuran. Hal itu dilakukan karena ajaran agamanya bahwa
tujuan ksatria adalah mati di medan perang sehingga arwah dapat masuk langsung ke
sorga. Menyerah dan mati dalam pengasingan adalah hal yang paling memalukan.
Raja Badung beserta
laskarnya yang dengan gagah berani dan tidak kenal menyerah serta memilih
melakukan perang
puputan akhirnya gugur demi mempertahankan
kedaulatan dan kehormatan rakyat Badung.
Beberapa hari
kemudian Belanda pun menyerang Tabanan, dan kemudian di tahun 1908 Kerajaan Klungkung juga melakukan puputan dan dengan jatuhnya kerajaan Klungkung
maka Belanda menguasai Bali sepenuhnya. Di tahun 1914 Belanda mengganti pasukan tentara dengan kepolisian sambil
melakukan reorganisasi pemerintahan. Beberapa raja dicabuti hak politiknya,
namun mereka tetap menjaga nilai kebudayaan dan raja pun masih berpengaruh
kuat. Kota Denpasar yang terdiri dari 3 kecamatan merupakan bagian dari
Kabupaten Badung, Sebelum ditetapkan sebagai Kota Madya pada tanggal 27
Februari 1993.Dan memiliki tanggal hari
jadi pada 20 September.
B. Profil Kabupaten Badung
Kabupaten Badung,
satu dari delapan kabupaten dan satu kota di Bali, secara fisik mempunyai
bentuk unik menyerupai sebilah "keris", yang
merupakan senjata khas masyarakat Bali. Keunikan ini kemudian diangkat menjadi
lambang daerah yang merupakan simbol semangat dan jiwa ksatria yang sangat erat
hubungannya dengan perjalanan historis wilayah ini, yaitu peristiwa "Puputan
Badung
".
Kabupaten
Badung merupakan wilayah yang beriklim tropis,yang memiliki dua musim, yaitu
musim kemarau (April-Oktober) dan musim penghujan (November-Maret), dengan
curah hujan rata-rata per tahun antara 893,4-2.702,2 mm. Suhu rata-rata antara 25
- 30oC.
Adapun
perkembangan Kabupaten Badung adalah sebagai berikut.
v Sistem Pemerintahan
Kabupaten
Badung saat ini dipimpin oleh Seorang Bupati yang saat ini di jabat oleh Anak
Agung Gde Agung yang berasal dari
daerah Mengwi, dan sebagai Wakil Bupati yaitu I Ketut Sudikerta .
Kabupaten
Badung merupakan kabupaten Terkaya ke-3 di Indonesia dengan Dana Alokasi Umum
sebesar Rp. 156.926.247.000,- (Tahun 2011)
v Populasi
Masyarakat
yg tinggal di Kabupaten badung termasuk sangat banyak yaitu sekitar 383.880
jiwa berdasarkan data tahun 2008. Dengan Kepadatan penduduk mencapai 913,8
jiwa/km2 .
v Demografi
Masyarakat
di Kabupaten badung mayoritas beragama hindu. Bahasa yg di gunakan masyarakat
di kabupaten Badung yaitu Bahasa Bali dan Bahasa Indonesia,meskipun banyaknya
wisatawan di kabupaten Badung namun masyarakat tetap menjujung bahasa daerah
dan Nasional.
v Keadaan
Alam
Secara Astronomi, Kabupaten Badung
terletak pada posisi 08o14'17" - 08o50'57"
Lintang Selatan dan 115o05'02" - 115o15' 09"
Bujur Timur, membentang di tengah-tengah Pulau Bali.
Bupati
Badung dari masa ke masa :
1.
Tjokorda
Alit Ngurah (1928-1947)
2.
Tjokorda
Ngurah Gede Pemetjutan (1947-1959)
3.
I Gusti
Ngurah Anom Patjung (1959-1964)
4.
I Wayan
Dhana (1965-1975)
5.
I Dewa Gede
Oka (1975-1985)
6.
Pande Made
Latra (1985-1990)
7.
I Gusti
Bagus Alit Putra (1990-1999)
8.
A.A. N Oka
Ratmadi ,SH (1999-2005)
9.
I Wayan
Subawa SH , MH (Bupati 2005)
10.
A.A Gde
Agung , SH ( Bupati 2005-2015)
Arti Lambang dan Warna Lambang Kabupaten Badung yang
terdapat dalam Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2010. Perda lengkap dapat
dilihat pada Produk Hukum Tahun 2010 bagian lain situs ini.
ARTI LAMBANG
Lambang Daerah berbentuk segi lima sama sisi dengan
warna dasar biru laut dengan garis pinggir hitam. Motto : "Çura Dharma
Raksaka" yang berarti berani membela kebenaran.
Di dalam segi lima sama sisi terdapat gambar dengan
unsur-unsur sebagai berikut.
Segi lima sama sisi
- Bentuk
dasar segi lima melambangkan Pancasila sebagai dasar falsafah hidup bangsa
Indonesia.
- Warna
dasar biru laut melambangkan wilayah Kabupaten Badung berbataskan gunung
dan laut yang merupakan lambang kesuburan dan kenyamanan.
Meru tumpang 11
(sebelas)
- Meru
berarti gunung yang melambangkan alam semesta atau bhuwana lambang
kedamaian dan kemakmuran.
- Tumpang 11
(sebelas) melambangkan tingkat alam yang tertinggi dari semua arah ( eka
dasa dhik lokapala ).
Keris
- Keris
adalah pusaka suci (pajenengan) melambangkan keberanian,
kekesatriaan dan mencerminkan semangat Puputan Badung.
- Luk
tiga pada keris melambangkan "Tri Kisinanggeh Satria",
yaitu tiga hal yang mewujudkan sifat kesatriya
·
arta yang berarti benda atau
kekayaan materiil;
·
otot yang berarti kekuatan
pisik/kesehatan tubuh; dan
·
kepradnyan yang berarti ilmu
pengetahuan.
Padi dan
Kapas
Padi dan Kapas yang diikat dengan 11 (sebelas) kali
gulungan tali. Padi dan Kapas melambangkan sandang dan pangan. Padi sebanyak 16
(enam belas) butir, Tali pengikat sebanyak 11 ( sebelas) gulungan, dan Kapas
sebanyak 9 ( sembilan) lembar, melambangkan tanggal 16 Nopember 2009,
sebagai hari ditetapkannya Mangupura sebagai ibu kota Kabupaten.
WARNA LAMBANG
Ketentuan warna pada lambang daerah adalah :
- Dasar
Lambang berwarna biru laut.
- Meru
tumpang
11 (sebelas) berwarna putih.
- Keris
berwarna hitam.
- Gagang
keris berwarna kuning cendana.
- Buah
padi berwarna kuning emas.
- Bunga
kapas berwarna putih dengan daun berwarna hijau.
- Tali
pengikat padi kapas berwarna hitam.
- Dasar
tulisan pada pita berwarna putih.
- Motto
" Çura Dharma Raksaka " berwarna merah.
Arti
warna pada lambang daerah adalah :
- Warna
dasar biru laut mengandung arti sumber
kesejahteraan.
- Warna
putih mengandung arti kesucian.
- Warna
hitam mengandung arti kekuatan, ketegasan, dan
keteguhan.
- Warna
kuning emas mengandung arti keluhuran/keagungan.
- Warna
kuning cendana mengandung arti kemakmuran.
- Warna
hijau mengandung arti kesuburan.
- Warna
merah mengandung arti keperwiraan/keberanian.
C. Batas Wilayah Kabupaten
Badung
Mempunyai wilayah seluas 418,52
km2 ( 7,43% luas Pulau Bali ), Bagian utara daerah ini merupakan
daerah pegunungan yang berudara sejuk, berbatasan dengan kabupaten Buleleng,
sedangkan di bagian selatan merupakan dataran rendah dengan pantai berpasir
putih dan berbatasan langsung dengan Samudra Indonesia. Bagian tengah merupakan
daerah persawahan dengan pemandangan yang asri dan indah, berbatasan dengan
Kabupaten Gianyar dan kota Denpasar disebelah Timur, sedangkan di sebelah Barat
berbatasan dengan kabupaten Tabanan.
D. Sistem Pemerintahan
Struktur Organisasi / Susunan Kelembagaan Pemerintah
Kabupaten Badung sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun
2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah adalah sbb:
- Sekretariat Daerah
- Dinas Daerah
- Lembaga Teknis Daerah
- Instansi Vertikal
- Kecamatan
- Sekretariat DPRD
- Perusahaan Daerah
- Staf Ahli
- Situs Instansi
E. Kepariwisataan
dan Kebudayaan Kabupaten Badung
Pariwisata sering diartikan sebagai
pemanfaatan waktu luang untuk berpergian menikmati keindahan, baik yang berupa
alam maupun budaya. Dengan perjalanan wisata sudah tentu seorang ingin
menikmati sesuatu yang lain daripada yang biasa dilihat dalam keseharian. Objek
wisata merupakan pesona tersendiri, selain itu kenyamanan dan keamanan
merupakan persyaratan mutlak harus dipenuhi. Budaya merupakan daya tersendiri
bagi wisatawan. Sesuai dengan kondisi dan potensi daerah yang dimiliki berupa
kebudayaan, maka salah satu aspek yang dikembangkkan buat menunjang pembangunan
Bali adalah pariwisata budaya. Pariwisata budaya adalah jenis kepariwisatawan
yang dalam perkembangan dan pengembangannya merupakan kebudayaan daerah Bali
yang dijiwai oleh Agama Hindu. Ini merupakan bagian dari kebudayaan Nasional
sebagai potensi dasar sebagai dominan, yang didalamnya tersirat suatu cita-cita
akan adanya hubungan timbal balik antar pariwisata dengan kebudayaan.
Di kalangan ahli ilmu sosial budaya pada
umumnya terdapat keseragaman pandangan yang menyatakan bahwa perkembangan
pariwisata akan membawa pengaruh, bahkan dampak bagi kehidupan sosial budaya
masyarakat. Dampak diakibatkan oleh adanya suatu interaksi yang dinamis dan
mantap antara wisatawan dengan masyarakat setempat. Lebih-lebih dapat dilihat
dalam perkembangan pariwisata di Kabupaten Badung yang langsung sebagai
kabupaten domisili wisatawan. Disisi lain dapat melihat eksistensi pariwisata
pada hakikatnya mencangkup pula beberapa sub sistem seperti :
(1) sub ekonomi
(2) sub sistem sosial
(3) sub sistem lingkungan
Masing-masing sub sistem tersebut
mempunyai fungsi-fungsi tertentu. Pariwisata mencangkup beberapa aspek:
(1) aspek
nilai-nilai, norma-norma, aturan-aturan sebagai aspek ideal;
(2) adanya
serangkaian kedudukan dan peranan-peranan tertentu yang menifes dalam wujud
tindakan-tindakan berpola yang merupakan aspek sosial;
(3) pariwisata
juga mencangkup seperangkat peralatan teknologi sebagai aspek material. Kalau
aspek diatas merupakan demensi sosial budaya dan merupakan pola kelakuan
manusia.
Komentar
Posting Komentar